Kecerdasan Anak

Hingga kni masih banyak orang (tua) yang memuja kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata. Orang tua merasa bangga dan berhasil mendidik anak, bila melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Karena beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spirituallah yang lebih berpengaruh bagi kesuksesan seorang anak.
Hasil penelitian Daniel Goleman (1995 dan 1998) memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Yang 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen. Sebuah survei terhadap ratusan perusahaan di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa kemampuan teknis/analisis bukan hal yang menentukan keberhasilan seorang pemimpin/manajer. Yang terpenting justru kemauan, keuletan mencapai tujuan, kemauan mengambil inisiatif baru, kemampuan bekerja sama dan kemampuan memimpin tim. Hasil identik juga disimpulkan dari penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saat kuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual tinggi, namun egois dan kuper, ternyata hidupnya tak terlalu sukses (berdasar gaji, produktivitas, serta status bidang pekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan intelektualnya biasa saja tetapi mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai empati, tidak temperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial dan spiritual. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara untuk menumbuhkan kecerdasan emosi, sosial dan spiritual pada anak-anak kita? KERJA PENGASUHAN Menurut John Gottman dan Joan DeClaire dalam The Heart of Parenting (Kiat - kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, 1997), cara pembelaja-ran pengetahuan emosional adalah dengan menyadari perasaan anak dan mampu berem-pati, menghibur dan membimbing mereka. Sementara Marsha Sinetar dalam bukunya Spiritual Intelligence (Kecerdasan Spiritual, 2000) mengungkapkan bahwa melalui teladanlah, anak bisa meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Ini artinya, upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual anak tidak bisa sepertihalnya upaya meningkatkan kecerdasan intelektual yang bisa dipacu dengan memasukkan ke sekolah-sekolah favorit (yang umumnya adalah sekolah mahal), atau menjejali anak dengan aneka macam les. Sementara orang tua dituntut menyediakan uang sebanyak mungkin. Yang pada akhirnya kerap dianggap sebagai alasan tepat oleh para ibu untuk ikut mencari uang (umumnya di ruang publik). Dan hasilnya, setiap tahunnya terjadi kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan, khususnya di sektor informal dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Bila pada tahun 1980, prosentase TPAK perempuan 'baru' mencapai 58,1persen, pada tahun 2000 sudah menjadi 70 persen, naik 11,9 persen. Sangat terbuka kemungkinan prosentase ini akan terus meningkat, terlebih saat ini gencar disosialisasikan bahwa agar supaya perempuan mempunyai posisi tawar (terhindar dari aneka bentuk kekerasan) maka ia harus mandiri, termasuk dalam hal ekonomi. Di sinilah letak permasalahannya. Kondisi ini, dimana kedua orang tua sibuk di ruang publik, akan mereduksi kemungkinan anak bisa meningkatkan kecerdasan emosi, sosial dan spiritualnya. Sebab kecerdasan seperti ini sangat dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta, atensi dan apresiasi. Dalam konteks itulah aktivitas pengasuhan menjadi urgen. Dan pengasuh terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Sebab ibulah, sosok yang paling dikenal oleh anak. Bukankah mereka (ibu dan anak) pernah mengalami 'hidup bersama' selama sembilan bulan? Bukankah ibu pula sosok yang melalui payudaranya memberinya makan di awal kehidupannya. Jadi tidaklah berlebihan bila ada ikatan yang sangat kuat antara ibu - anak. Belum lagi kondisi natural seorang perempuan yang memang sangat tepat untuk melaksanakan kerja pengasuhan. Kondisi - kondisi ini merupakan modal besar dalam proses pembelajaran emosi, sosial dan spiritual anak. Akankah hal ini disia-siakan? Semestinya tidak… Jika anda masih ingat dengan hasil penelitian terbaru yang dimuat di website www.balitacerdas.com, disitu ditulis : "TIGA TAHUN PERTAMA dalam kehidupan anak merupakan masa yang paling sensitif, yang akan SANGAT MENENTUKAN perkembangan otak dan kehidupannya di masa mendatang." @ Mengapa begitu ? @ Bagian TERPENTING tubuh kita, yaitu OTAK, tumbuh dengan sangat pesat pada awal kehidupan, dan akan mencapai 70-80% pada 3 TAHUN PERTAMA ! @ Bayangkan ! Otak yang begitu penting ini ternyata sebagian besar ditentukan pada awal kehidupan kita. @ Saya sempat SHOCK membaca hasil penelitian ini ! @ Artinya, jika anda menginginkan anak anda tumbuh dengan kondisi yang TERBAIK, maka anda harus menginvestasikan waktu dan apapun pada 3 tahun pertama ini, lebih dari waktu yang lain. @ Jika anda mengabaikan begitu saja rentang waktu 3 tahun pertama ini, maka anak anda tidak akan berkembang dengan maksimal, dan anak anda akan menjadi anak yang biasa-biasa saja. @ Apakah itu yang anda inginkan ? Tentu saja tidak ! @ Jika kita sebagai orangtua bisa melakukan yang terbaik bagi anak, maka itulah KEWAJIBAN kita untuk memberikan HAK anak kita. Di buku berbahasa Jepang yang berjudul "Anak Cerdas dengan IQ 200 Ditentukan oleh IBUNYA", dicantumkan hasil interview terhadap banyak sekali ibu yang berhasil mendidik anaknya menjadi sangat cerdas sekali. @ Intinya, peran ibu yang BENAR pada 3 TAHUN PERTAMA akan sangat menentukan kecerdasan anaknya. @ Maksud kata yang "BENAR" disini, tidak ada hubungannya apakah sang ibu tersebut bekerja ataukah sebagai ibu rumah tangga secara full-time. @ Disini saya akan sampaikan TIPS yang sangat AMPUH yang HARUS dilakukan oleh ibu, terutama ibu yang bekerja karena waktu bersama dengan anak sangat terbatas. @ Tetapi sebenarnya juga perlu diperhatikan oleh ibu rumah tangga yang full-time, karena biasanya, karena merasa punya waktu banyak dengan anak, tetapi justru tidak segera dilakukan dengan konsisten. @ Apa saja tips tersebut ? @ PERTAMA, @ Berikan waktu 1 JAM KHUSUS setiap harinya, tanpa boleh diganggu gugat oleh kegiatan lain, untuk anak anda untuk berinteraksi dengan kegiatan yang efektif bagi perkembangan kecerdasannya. @ Untuk memberikan gambaran yang nyata, saya terjemahkan saja garis besar salah satu hasil wawancara di buku yang saya sebutkan diatas tadi. @ Seorang ibu yang sekaligus wanita karir yang bernama Sakane berhasil mendidik anaknya, Akio (3 th 5 bln) mencapai IQ 198. (catatan : IQ rata-rata anak pada umumnya adalah 90 s.d. 109). @ Sebagai seorang wanita karir, Ms. Sakane terpaksa harus menitipkan Akio di TPA (Tempat Penitipan Anak) sejak usia 3 bulan, dari pagi dan dijemput jam 5:30 sore. Tiba di rumah biasanya sekitar jam 6 lebih. Setelah itu, sebelum menyiapkan makan malam pada jam 7:30, Ms. Sakane memberikan WAKTU KHUSUS selama 1 JAM kepada Akio untuk melakukan program pendidikan anak. @ Ms. Sakane bercerita : ----------- "Karena saya bekerja, waktu 30 MENIT sebelum membawa Akio ke TPA dan 1 JAM setelah pulang ke rumah merupakan waktu yang SANGAT BERHARGA. Waktu 1 jam ini, jika saya melakukan hal-hal lain yang bermacam-macam akan menjadi waktu yang hilang begitu saja. Tetapi waktu 1 jam ini saya tentukan khusus untuk Akio, tanpa melakukan hal lain apapun juga. @ Saya gunting gambar-gambar binatang dan gambar yang menarik lainnya dari buku/majalah, kemudian saya buat kartu bergambar dan saya tunjukkan kepada Akio satu-per-satu. @ Pada awalnya saya berpikir, apakah ada artinya saya mengajarkan hal-hal kecil ini. Tapi, karena saya pernah mendengar bahwa hal ini sangat baik untuk "olah raga" otak, maka saya teruskan juga. Anak saya sepertinya sangat senang sekali melihat gambar yang berubah dengan cepat dan terus-menerus, dia melihatnya dengan sungguh-sungguh. Pada awalnya saya khawatir apakah hal ini ada hasilnya, tetapi begitu Akio mulai bisa bicara, saya menjadi yakin dan berpikir, " Oo.. ternyata dia mengerti !". @ Setelah itu saya perkenalkan dengan "DOTS CARD" (kartu untuk belajar berhitung), dan menjadi mahir berhitung tambah-kurang-kali-bagi. Sekarang Akio sudah mulai bisa perhitungan "akar" dan persamaan tingkat tinggi. Sayapun menjadi bangga kepada diri saya sendiri. Sekarang, jika saya pulang, dia langsung membawa dots card dan berkata, "Mainan ini yoook...." ---------- @ Dari situ kita bisa melihat bahwa jika waktu yang sebentar itu hanya untuk bermain yang tidak jelas, maka waktu tersebut akan hilang begitu saja. Dengan hal-hal seperti diatas, akan besar sekali manfaat yang diperoleh oleh anak kita. @ Pengalaman saya sendiri, setelah beberapa bulan menerapkan hal yg sama kepada kedua anak saya, Rihan (4 th) dan Afi (1 th 4 bln), hasilnya cukup mulai kelihatan. @ Rihan sudah sangat lancar membaca Bahasa Jepang (huruf Hiragana dan Katakana) sejak usia 3 tahun. Untuk Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, kelihatan berkembang dengan lebih baik berkat penerapan kartu bergambar tersebut (istilah populer dalam pendidikan anak adalah FLASH CARD). @ ---- catatan ------- Anda bisa mendapatkan FLASH CARD seri balitacerdas Bahasa Indonesia dengan cara klik disini Untuk mendapatkan DOT CARD, silahkan klik disini --------------------- @ Sedangkan Afi, walaupun belum bisa berbicara, sudah kelihatan sekali senang dengan huruf dan buku. Bangun tidur pagi, dia biasanya langsung mengambil bukunya untuk minta dibacakan ataupun dia lihat-lihat sendiri. Kelihatan sangat lucu sekali melihat anak seusia Afi "membaca" buku sendiri sambil kadang-kadang mengeluarkan suara yang bermacam-macam :) @ Jadi, jika anda belum melakukan hal yang sama, SEGERA anda lakukan permainan ini kepada anak anda. Cukup HANYA 1 JAM sehari, tetapi pengaruhnya sangat luar biasa..... dan ini sudah TERBUKTI ! @ Di buku yg saya sebutkan di atas dikatakan bahwa saat ini di Jepang sedang terjadi "REVOLUSI SECARA DIAM-DIAM" dalam pembelajaran anak usia dini ( 0 s.d. 3 Tahun ). @ Dan sayapun merasakannya dengan melihat semakin banyaknya masalah pembelajaran usia dini dibahas di media massa. Selain itu, di grup 4 tahun 'sekolah'-nya Rihan (selevel TK A di Indonesia (?)), semuanya sudah lancar membaca. @ Jika kita tidak segera melakukan hal yang sama kepada anak-anak kita, akan semakin tertinggallah bangsa kita ini ! @ Marilah kita ikut mencerdaskan generasi masa depan kita dengan dimulai dari keluarga kita sendiri. @ Tips yang KEDUA, @ Untuk para orangtua yang bekerja, anda perlu MEMONITOR dan memberikan PENGARAHAN yang benar kepada babysitter atau siapa saja yang mengasuh anak anda tentang kegiatan yang perlu dilakukan oleh anak anda selama anda tidak di rumah. @ Buatlah DAFTAR KEGIATAN anak anda dengan jelas, sehingga babysitter anda tahu apa yang harus dilakukan setiap harinya dalam hal kegiatan yang mampu memberikan stimulasi pada perkembangan kecerdasan anak, baik kecerdasan intelektual, emosi maupun perkembangan fisik dan sosialnya. @ Jangan sampai babysitter anda hanya bertugas menjaga SAJA, tanpa memberikan stimulasi-stimulasi yang sangat diperlukan oleh anak anda. @ Akan sangat kasihan sekali anak anda nantinya, jika lingkungannya di masa yang sangat haus akan stimulasi ini ternyata tidak memberikan HAK-nya yang akan menjadi HARTA yang PALING BERHARGA di masa depan. @ Cara yang pernah kami lakukan ternyata SANGAT EFEKTIF dan MUDAH diikuti oleh babysitter kami dulu. Sayangnya, cara pembuatan daftar tersebut tidak bisa dijelaskan dengan baik melalui newsletter ini, karena diperlukan gambar tabel kegiatan. @ Jika anda mempunyai eBook "3 Tahun Pertama yang Menentukan", saya anjurkan sekali untuk segera menerapkan cara kami tersebut, seperti yang dijelaskan di bagian "Memilih Pengasuh Anak yang Berkualitas", yang merupakan salah satu dari "10 Tindakan Penting untuk Merangsang Perkembangan Otak Anak". @ Jika anda belum punya eBook "3 Tahun Pertama yang Menentukan", saya anjurkan sekali untuk SEGERA mendapatkannya, karena informasi yang tersedia SANGAT PENTING untuk diterapkan demi masa depan anak anda. @ Ingatlah selalu, waktu terpenting dalam kehidupan anak anda terus berjalan dengan cepat. @ IT'S NOW OR NEVER !

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: